[OC] La Mythologie d'Aeru | 01 - Rebirt

8 min read

Deviation Actions

aevalier's avatar
By
Published:
784 Views
“KRIIIING! KRIIIING! KRIIIING!” bunyi bel sekolah yang lebih mirip bunyi jam weker itu berbunyi tepat pada pukul 10.00 pagi. Semua siswa berhamburan keluar kelas dan langsung bergegas ke kantin sekolah. Ternyata bel yang menyejukkan hati para siswa itu tidak terlalu dirasakan oleh salah seorang siswa kelas XI-D.

“Ayolah, aku menunggu untuk 4 jam lagi, cepatlah pulang!” begitulah yang dikatakan dalam hati seorang siswa berambut abu-abu yang sedang duduk memandang keluar jendela. Memang sekolah bubar 4 jam kemudian, yaitu pukul 14.00 siang.

“Hei, Aéru!” panggil seorang teman pada anak berambut abu-abu yang ternyata bernama Aéru. Anak yang merupakan teman Aéru itu berambut biru gelap dengan gaya berpakaian jauh lebih rapi dibanding Aéru.

“Eh Sienna, bawa bekal apa kau?” tanya Aéru dengan nada lemas. Temannya yang bernama Sienna itu lalu memperlihatkan bekal makanan yang diambil dari tasnya.

“Tadaaaaaaa!” terlihat di dalam kotak bekal makanannya makanan yang sangat lezat, sepertinya masakan dari luar.
“Whoaaaah!” Aeru langsung terpana melihat makanan yang didominasi menu sea food itu.

“Lihatlah, ini namanya L'Assiette de Nordique! Terdiri dari ikan salmon dengan saus khas wilayah Nordique”

“Wah enak sekali,” kata Aéru yang dengan cepat mengambil salah satu potongan salmon dan memakannya.

“Waaa tidaaak! Bagian yang itu ingin sekali ku makan!” kata Sienna reflek.

“Jangan bicara begitu, sampai sekarang kiriman logistik belum kudapatkan,” kata Aéru memelas tetapi dengan wajah yang santai.

“Seburuk itukah?” tanya Sienna memastikan.

“Tentu, aku saja harus menghemat ongkos beberapa hari ini,” jawab Aéru santai.

“Baiklah, kau boleh mengambil sebagian bekal makananku,” kata Sienna mempersilakan.

“Benarkah? Wah terima kasih, kau memang temanku,” kata Aéru dengan tangan menggenggam sebuah garpu di tangan kanannya.

“Hei! Tidak berarti kau akan menghabiskannya kan? Hahahaha!” seru Sienna.
“Tenang saja, aku tidak akan setega itu! Hahahahaha!” kata Aéru.

Begitulah mereka berdua, sudah seperti keluarga. Aéru dan Sienna telah bersahabat ketika masih di Sekolah Dasar, jadi tidak heran jika mereka bisa sedekat itu. Berbeda dengan Sienna yang berasal dari keluarga orang kaya, Aéru berasal dari keluarga yang kurang jelas asal usulnya.

Ayahnya meninggalkannya ketika ia masih berusia 4th, sedangkan ibunya meninggal ketika dirinya berusia 7 tahun. Saat ini ia tinggal di sebuah rumah tidak jauh dari sekolahnya, dan setiap bulannya ia dikirimi ongkos dan logistik oleh pamannya di kota Saint-Midgard, kota yang sangat jauh dengan Aériaux Town.

~||~

Koridor sekolah, tempat dimana lemari penyimpanan barang para siswa berada, kini mulai sepi seiring dibunyikannya bel sekolah tanda pulang. Aéru bersama Sienna berada di sana bermaksud menyimpan sebagian buku yang akan dipakai esok harinya. Aéru membuka lokernya bernomor 16 yang terletak di deretan teratas.

Cklek! Pintu loker dibuka olehnya.

“Hah? Apa ini?” kata Aéru ketika mengambil beberapa barang yang sebelumnya belum pernah ia taruh di sana.

Sienna yang baru saja mengunci kembali lokernya, menoleh dan menghampiri temannya itu.

“Ada apa?” tanyanya.

“Apa ini kiriman dari paman? Tidak biasanya diletakkan di lokerku,” kata Aéru heran melihat di lokernya terdapat sebuah buku tebal yang terlihat tua dengan sebuah kantung berwarna coklat di atasnya.

“Hah? Buat apa pamanmu mengirim sebuah buku usang dan kantung seperti itu?” kata Sienna santai.

“Tidak tahu juga, tetapi disini bertuliskan Idun... Hmm ini isinya apa ya?” kata Aéru sambil tangannya merogoh ke dalam kantung yang bertuliskan kata “Idun”.

“Apel?” seru Sienna melihat buah apel merah dikeluarkan oleh Aéru dari dalam kantungnya. Buah itu sedikit berbeda dengan apel biasanya, pori-porinya mengeluarkan cahaya.

“Wah, indah sekali apel ini! Aku bahkan tidak tega untuk memakannya,” kata Aéru yang terus menatap buah yang sedang digenggamnya itu.

“Kau benar, tetapi ini akan segera sore, ayo jalan,” seru Sienna.

“Oh baiklah,” jawab Aéru sambil menarik kembali lengan tas di pundak kirinya.

~||~

Hari menjelang sore, awan putih mulai tertutupi oleh langit yang memerah. Di bawah sana Aéru berbaring terlentang di kasurnya.

Sesekali ia menoleh ke arah buku dan kantung buah apel yang diletakkan di atas meja kecil. Tiba-tiba terdengar bunyi bel rumahnya “TING TONG”. Dengan segera ia bangkit dan berjalan menuju pintu depan.

“Cklek,” Aéru membuka pintu. Di hadapannya terlihat seorang laki-laki mengenakan topi dan seragam biru sambil menggendong sebuah kardus. Sepertinya ia seorang pengantar barang.

“Permisi Tuan, ini kiriman dari Tuan Florent bulan ini. Maaf atas keterlambatannya, silakan ini surat dari beliau..

Permisi Tuan,” kata si pengantar barang singkat saja.
“Oh tidak apa-apa, terima kasih ya pak!” kata Aéru sambil menerima suratnya dan langsung membawa kardus yang tidak terlalu berat itu ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Di kamarnya, ia membuka kardus tersebut. Ternyata berisi beberapa makanan yang dibungkus.

“Ah, surat dari paman Florent tidak terlalu penting. Yang penting adalah selipannya hahaha..” katanya sambil membuka surat itu yang berisi pesan dan amplop kecil berisi uang.
Aéru duduk di kasurnya dan kembali ia menoleh ke arah buku dan kantung buah apel tadi.

“Berarti ini bukan kiriman dari paman. Hmm aku tidak tahu buah apa ini tapi rasanya aku ingin memakannya,” katanya.
Aéru bergegas mengambil pisau dan piring. Kemudian ia meletakkan buah berkilau itu di atas piring, ia pun mengirisnya sedikit.

Haup!

“Hmmm, rasanya tidak buruk, persis seperti buah apel yang biasanya,” katanya.

Beberapa saat kemudian tubuhnya mulai terasa lemas, suhunya pun meningkat. “Eh! Kok tiba-tiba....”

Entah kenapa suhu tubuh Aéru tiba-tiba semakin panas seperti terbakar. Tidak berhenti di satu titik, panasnya terus meningkat.

Brug!

“AAARGGHH!” teriaknya yang kini jatuh tergeletak dari kasurnya.

Pengelihatannya mulai kabur seiring naiknya suhu tubuh. Tiba-tiba seperti ada yang keluar dari dalam tubuhnya. Samar-samar ia melihat ada seseorang yang melayang diatas dirinya dengan sayap yang menggelegar.

“Kau telah melepaskannya, kekuatan itu...” kata seseorang yang dilihatnya, sepertinya suara wanita.

Tanpa tahu penyebabnya, panas yang dirasakan mulai mereda. Pengelihatan Aéru pun membaik. Sekarang ia bisa melihat siapa yang ada di depannya.

“Si... siapa..... kau?? Dari mana.... datangnya?” kata dia sambil sedikit mengusap matanya.

“Aku Silmeria, Valkyrie, dan kau resmi ‘terlahir kembali’!” kata wanita dengan dua pasang sayapnya itu.
“Val… Valky…rie? Terlahir kembali?” kata Aéru shock dengan wajah penuh keringat dingin.

“Benar, kau mungkin tidak menyadari selama ini di dalam dirimu selalu dibayangi kekuatan yang luar biasa,” jelas Valkyrie tenang. Jantung Aéru berdetak lebih kencang, tubuhnya gemetar bagaikan disetrum listrik tegangan tinggi.

“Aku bingung dengan apa yang kau katakan, sebenarnya ini mengenai apa?” kata Aéru setengah berteriak.

“Harus kau ketahui bahwa dirimu adalah pemegang tahta tertinggi Norse, dan kini waktunya kau menyelesaikannya,” terang Valkyrie.

“Menyelesaikan? Menyelesaikan apa? Kenapa harus aku? Apa yang kau ketahui tentang aku?” sahut Aéru dengan nada tinggi.

“Odin, nama itulah yang telah bersatu dalam jiwamu. Berhati-hatilah karena tak lama lagi bahaya akan terus datang padamu,” jawab Valkyrie sambil menatap Aéru dengan kedua mata yang sebelah kiri berwarna biru dan yang sebelah kanan berwarna merah.

Aéru terdiam sesaat, matanya kini tak lagi menatap Valkyrie.

"Tolong jelaskan siapa sebenarnya dirimu, dan untuk apa aku memiliki kekuatan seperti yang kau katakan?" tanyanya tiba-tiba sambil memutar balik tubuhnya hingga memunggungi Valkyrie.

Valkyrie menghela nafasnya lalu berbicara, "Aku Silmeria, salah seorang Valkyries. Tugasku adalah membimbing para dewa untuk siap menghadapi perang akhir. Di dunia ini tersebar pemilik kekuatan dewa selayaknya dirimu. Akan tetapi tidak semua dewa bijak, ada diantara mereka yang bermaksud menguasai dan memonopoli kehidupan manusia sesuai keinginan mereka. Sementara kau adalah dewa yang menjunjung tinggi keadilan, tugasmu adalah menghentikannya," jelas Valkyrie.

Aéru diam, perasaan di dalam tubuhnya bergejolak. Dilema kini melanda dirinya. Di satu sisi ia hanya ingin menjalani hidup seperti layaknya anak seumurnya, tetapi di lain sisi dirinya tertantang untuk melakukan apa yang disampaikan Valk.

"Tidak perlu khawatir," sela Valk di tengah-tengah kebimbangan Aéru.

"Aku akan melindungimu selama aku mampu, sampai saatnya kau bertambah kuat," lanjutnya sambil tersenyum.

Aéru pun menoleh dan berkata, "baiklah, pastikan aku tetap hidup hingga saat yang tepat itu datang"

Wajahnya yang beberapa saat sebelumnya masih diselimuti kecemasan kini berubah 180 derajat. Tatapan matanya menggambarkan keoptimisan.

"Aéru, terima kasih. Aku tahu kau pasti bisa, jadilah kuat dan sebarkan keadilan di dunia," ujar Valkyrie yang kembali tersenyum.

Sekilas ketika Aéru memandangnya, terbesit ingatan wajah ibunya yang sudah lama meninggal. Aéru pun ikut tersenyum haru.

"Baiklah, satu hal dariku..." kata Valk yang intonasi bicaranya yang berubah serius.

"Berhati-hatilah bahwa di sekitarmu masih banyak tercium aura kematian... Sampai jumpa" ujar Valk yang di akhir kata-katanya diselingi oleh cahaya yang amat terang. Angin berputar-putar disekeliling kamarnya.

"Whoa!" Aéru tersentak hingga terdorong.

Tak lama setelah itu meredam, hening seperti semula. Wanita dengan empat sayap itu pun lenyap.

"Hah, apa maksudnya tadi?" kata Aéru merespon kata-kata terakhir dari Silmeria, Valkyrie yang baru saja mengunjunginya.

-to be continue-

Note from Author:
Entah kenapa iseng pengen posting cerita OC..
Kalo ada kritik / saran boleh kok ^^

Aeru:
fav.me/d38zpfy
© 2011 - 2024 aevalier
Comments0
Join the community to add your comment. Already a deviant? Log In